Inalillahi, 14 September 2022: Kebakaran Mematikan di Sekolah Tahfiz Malaysia, 21 Murid dan 2 Staf Tewas

 


Sebanyak 23 orang, sebagian besar anak-anak, tewas oleh kobaran api yang menghancurkan sebuah pusat studi Islam di pusat kota Kuala Lumpur.

Jendela-jendela di sekolah agama di Malaysia itu ditutupi dengan kawat-kawat logam, sehingga menjebak para siswa yang berteriak minta tolong dari dalam.

Sementara para tetangga dan masyarakat sekitar lokasi kebakaran memandang tak berdaya.

Mengutip dari AFP, Kamis (14/9/2022), banyak jasad korban termasuk 21 anak laki-laki yang sebagian besar berusia belasan tahun ditemukan bertumpuk di atas satu sama lain.

Hal ini menunjukkan bahwa mungkin telah terjadi upaya berebut menyelamatkan diri dari kebakaran, yang berkobar sebelum fajar.

Petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat kejadian dan kobaran api berhasil dipadamkan dalam waktu satu jam, tetapi menimbulkan kehancuran yang mengerikan.

Gambar-gambar menunjukkan tempat tidur yang tertutup abu dan menghitam karena api membakar tempat tidur para siswa.

Kecelakaan itu meningkatkan pengawasan terhadap sekolah-sekolah agama yang dikenal sebagai tahfiz, di mana banyak warga Muslim Malaysia mengirim anak-anak mereka untuk belajar Al-Qur'an tetapi tidak diatur oleh otoritas pendidikan dan sering beroperasi secara ilegal.

Norhayati Abdul Halim, yang tinggal di seberang sekolah, mengatakan kepada AFP bahwa dia mendengar jeritan saat azan subuh berkumandang.

"Saya pikir ada orang yang berkelahi," kata wanita berusia 46 tahun itu. "Saya membuka jendela rumah dan melihat sekolah terbakar - mereka berteriak minta tolong tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa."

Pada saat petugas pemadam kebakaran tiba di sekolah Darul Quran Ittifaqiyah di jantung ibu kota, "teriakan-teriakan itu telah berhenti," tambahnya.

Para pejabat mengatakan bahwa anak-anak tidak dapat melarikan diri dari api, karena kobaran api menghalangi satu-satunya pintu ke asrama lantai atas dan jendela-jendela ditutup dengan pagar pengaman logam.

Korban Selamat Mengalami Luka

Sebanyak 14 siswa berhasil keluar, dan tujuh orang dirawat di rumah sakit.

"Mereka melarikan diri dengan menerobos kisi-kisi, dan kemudian melompat ke bawah, beberapa dari mereka turun dengan berpegangan pada pipa (saluran pembuangan)," kata Menteri Kesehatan S. Subramaniam.

Para pejabat pemadam kebakaran mengatakan mereka menduga kebakaran salah satu yang paling mematikan di Malaysia selama dua dekade, yang disebabkan oleh korsleting listrik, atau alat pengusir nyamuk.

Para pejabat mengatakan bahwa sekolah tersebut beroperasi tanpa izin yang benar. Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi, selama kunjungan ke pusat tersebut mengumumkan bahwa pihak berwenang telah meluncurkan penyelidikan.

Dia mengatakan bahwa tempat itu hanya bersifat sementara, tetapi mereka yang menjalankan sekolah seharusnya tetap mengikuti persyaratan keselamatan.

Sekolah Agama yang Kontroversial

Subramaniam mengatakan jasad 21 siswa dan dua staf telah ditemukan, merevisi turun jumlah korban tewas resmi sebelumnya yang berjumlah 24 orang. Jasad-jasad itu, banyak yang terbakar parah, sedang diidentifikasi dengan tes DNA, katanya.

Nik Azlan Nik Abdul Kadir, yang kehilangan seorang anak berusia 12 tahun dalam kebakaran itu, memeluk istrinya yang terisak di luar sekolah dan mengatakan bahwa dia baru melihat putranya malam sebelumnya.

"Dia dalam suasana hati yang riang - dia senang belajar di sini," katanya kepada AFP, menambahkan bahwa salah satu putranya yang lain telah terselamatkan karena menolak untuk menghadiri sekolah selama dua minggu terakhir.

Kecelakaan itu akan menambah kekhawatiran yang meningkat tentang pusat-pusat studi agama.

Mereka sudah menghadapi pengawasan setelah kematian seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang diduga dipukuli di salah satu lembaga tahun 2016.

Banyak terjadi Kebakaran Serupa

Wakil Perdana Menteri Malaysia kala itu, Zahid mengatakan catatan pemadam kebakaran menunjukkan telah terjadi 31 kebakaran di tahfiz sejak 2011.

Tragedi terakhir adalah "konsekuensi dari tidak adanya penegakan hukum, dan kegagalan untuk mematuhi aturan dan peraturan oleh operator sekolah agama," kata Chandra Muzaffar, seorang ilmuwan politik yang mempromosikan reformasi Islam.

Sekolah-sekolah agama tidak "berada di atas hukum. Seseorang harus menutup sekolah-sekolah yang tidak mematuhi aturan," tambahnya.

60 persen lebih dari populasi multikultural Malaysia yang berjumlah sekitar 30 juta jiwa adalah Muslim Melayu, dan negara ini juga merupakan rumah bagi agama dan etnis minoritas yang cukup besar.

Belum ada Komentar untuk "Inalillahi, 14 September 2022: Kebakaran Mematikan di Sekolah Tahfiz Malaysia, 21 Murid dan 2 Staf Tewas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel