Kisah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Lambang Keteguhan Iman dan Persamaan Derajat Manusia
Jika menyebut nama Abu Bakar, maka Umar bin Khatab akan berkata 'Abu Bakar adalah pemimpin kita, yang telah memerdekakan pemimpin kita'. Maksud pemimpin yang disebut kedua adalah Bilal bin Rabah.
Sebagian besar umat Islam mengetahui bahwa Bilal adalah muazin Rasulullah. Suaranya lantang dan merdu. Satu hal lainnya, dia disiplin.
Tentu Rasulullah SAW tidak sembarangan mempercayakan azan kepada Bilal. Pastilah, dia pribadi yang besar. Sebab, kala ini muazin adalah penyeru hal terpenting, sholat.
Sosok Bilal bin Rabah bagi umat Islam tak hanya muazin kepercayaan Rasulullah SAW. Dia juga lambang persamaan derajat manusia.
Mengutip Kitab Rijalul Haular Rasul, dalam berbagai riwayat, Bilal digambarkan sebagai pria kulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat dan bercambang tipis. Dia selalu menundukkan kepala dengan air mata mengalir membasahi pipinya, dan berkata 'Saya ini hanyalah seorang Habsyi, dan kemarin saya seorang budak belian'.
Begitulah Bilal, pribadi yang lemah lembut lagi rendah hati. Namun, suara azannya mengguncangkan berhala-berhala yang diletakkan di dekat Ka'bah, Makkah.
Bilal bin Rabah al Habsyi semula memang seorang budak milik Umayyah bin Khalaf yang kemudian dimerdekakan oleh sahabat Nabi Abu Bakar setelah mengalami penyiksaan karena kepercayaan yang ia anut. Nama julukannya di antaranya adalah as-Shadiqu al-Iman, al-Badzil nafsahu duna dinihi, dan Mu`adzinu Rasulillah.
Sementara nama panggilan kehormatannya adalah Abu Abdillah. Bilal dikenal karena keteguhannya dalam mempertahankan iman meski mengalami penyiksaan luar biasa yang menimpanya serta perkataan "ahadun ahad" yang menjadi jawabannya atas pertanyaan yang memintanya untuk keluar dari Islam.
Budak yang Mampu Melihat Kebenaran
Mengutip berbagai sumber, Bilal lahir di daerah As-sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Bilal diperkirakan masuk Islam pada umur 30 tahun.
Ayahnya bernama Rabah, yang merupakan seorang budak. Sedangkan ibunya bernama Hamamah, juga seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Makkah. Mereka berasal dari Habsyah atau Ethiopia, sehingga Bilal dikenal dengan Bilal bin Rabah al Habsyi.
Karena kondisi ibunya, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan Ibnu as-Sauda`putra wanita hitam, yang pada zaman Jahiliyah bukan dianggap sebagai penghinaan karena statusnya yang budak.
Bilal dibesarkan di kota Ummul Quro (makkah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abdu ad-Dar, lebih tepatnya keluarga Bani Jumah. Saat ayahnya meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum Quraisy.
Meski statusnya rendah, hati Bilal bening dan justru mampu melihat kebenaran dan ketidakadilan. Ketika banyak yang mencela Muhammad SAW yang menyatakan diri sebagai nabi dan mengajarkan Islam, dia mampu melihat bahwa Islam adalah jalan yag benar.
Maka diam-diam Bilal adalah kelompok pertama pemeluk Islam, walau statusnya menjadi budak. Dia adalah orang yang kali pertama menyerukan kalimat Tauhid, dari kelompok budak.
Saat Bilal masuk Islam, hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu. Seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-shiddiq, Ali bin Abu Thalib, Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-rumi, dan Miqdad bin Aswad.
Bilal Disiksa karena Keislamannya
Namun, kaum Quraisy telah menyebar mata-mata. Akhirnya, keislaman Bilal tericum oleh tuannya, Umayyah bin Khalaf.
Bersama para pembesar Quraisy lainnya, mereka mencambuk Bilal. Mereka juga menyiksa bilal dengan kekejaman yang tak terbayangkan pedihnya.
Di antara orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf (tuannya), bersama para algojo. Mungkin saja, Umayyah malu karena budaknya masuk Islam. Terlebih dia adalah bangsawan terkemuka Makkah.
Tanpa belas kasihan, dia bersama centeng-centengnya menyiksa Bilal tanpa belas kasihan. Tetapi, Bilal tetap teguh. Dia hanya berucap 'Ahad, Ahad (Allah Maha Esa)', ketika dipaksa kembali ke kepercayaan semula.
Mereka juga menindih dada Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, 'Ahad, Ahad'. Semakin mereka meningkatkan penyiksaannya, Bilal terus mengatakan, 'Ahad, Ahad'.
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan Uzza, tapi Bilal justru memuji dan mengagungkan Allah dan Rasul-Nya.
Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!” Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.”
Melihat penyiksaan tak terperi itu, akhirnya Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar. Abu Bakar membeli Bilal dan lantas dimerdekakan olehnya. Dengan demikian, status Bilal bukan lagi seorang budak, melainkan sudah menjadi manusia merdeka, dan menjadi sahabat nabi yang mulia.
Nabi Melihat Terompah Bilal di Surga
Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Rasulullah pernah mendengar suara terompah Bilal di surga. [3] hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya dan Imam Muslim dalam kitabnya.
Ketika hukum syariat azan diperintahkan oleh Allah, maka orang yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah untuk mengumandangkan azan adalah Sayyidina Bilal bin Rabah, beliau dipilih karena suaranya sangat merdu dan lantang.
Dia dikenal sebagai muazin pertama dalam Islam. Dia merupakan satu diantara 3 muazin di masa Rasulullah bersama dengan sahabat Abu Mahdzurah al-Jumahi dan Abdullah bin Ummi-Maktum.
Setidaknya, ada empat alasan mengapa Bilal diangkat menjadi penyeru azan untuk umat Islam, untuk yang pertama kalinya. Pertama, Bilal memiliki suara yang lantang dan merdu. Kedua, Bilal sangat menghayati kalimat-kalimat azan.
Ketiga, Bilal memiliki kedisiplinan yang tinggi saat mengumandangkan Azan, lima kali dalam sehari semalam. Keempat, Bilal memiliki keberanian. Untuk mengumandangkan azan pada masa-masa awal dakwah Islam.
Usai wafatnya Rasulullah, 11 H sahabat Bilal pergi meningggalkan Madinah menuju tanah Syam untuk meringankan kesedihannya. Dia tak mau menjadi muzain pada zaman Khalifah Abu Bakar karena rasa sedihnya itu. Dia akhirnya meninggal di kota Damaskus pada tahun 20 H atau 21 H dalam umur 63 tahun.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Lambang Keteguhan Iman dan Persamaan Derajat Manusia"
Posting Komentar