Kisah Sedih Dialami Wisudawati Ini, Momen Bahagia Berubah Pilu, Sang Ibu Meninggal Dihari Wisuda
Hari wisuda merupakan suatu momen yang pastinya ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa dan mahasiswi bahkan orang tua.
Tetapi momen ini dirasakan berbeda bagi salah seorang wisudawati di Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Nasib pilu menimpa Kurnia Sari Imo Haremba (23) yang merupakan salah satu wisudawati sarjana strata satu (S1) di UNG.
Tetapi, saat tiba di Gorontalo ibudanya sakit.
Ibu Kurnia pun dilarikan ke Rumah Sakit Bunda, Kota Gorontalo, hingga pukul 01.00 Wita sang ibu dinyatakan meninggal.
Jelang subuh, dibantu temannya, Kurnia membawa jenazah ibu ke kamar kostnya di Gorontalo Kota.
Rumah kontrakan itu di Jl Kenangan, Kelurahan Wumiyalo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo.
Wumialo adalah kawasan pemukiman yang berjarak sekitar 100 meter dari kampus. Kurnia Haremba pun tetap hadir proses graduating, pagi harinya.
Dengan hati gundah, persaaan sedih, dan mata sembab, pun, Kurnia Haremba tetap hadir proses graduating.
Tribun Manado lansir dari instagram @eduartwolok tampak Kurnia tiba di kostnya usai di wisuda.
Kurnia datang dan menangisi jenazah sang ibu sudah terbujur kaku sambil membawa ijazahnya.
Kurnia yang mengenakan pakaian wisuda lengkap histeris di samping jenazah sang Ibunda.
Ungkapan Duka
Teman-teman Kurnia pun mengungkap perasaan berdukanya. “Kita sangat berduka. Ibu Ananda Nia seharusnya hadir di ruangan ini. Tapi, dia harus antar jenazah ibunya dulu ke Fak-Fak Papua,” ujar Sylva Flora Nintakiiuuka Tarigain, Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakato Universiooomtas Negeri Gorontalo (UNG).
Kelopak mmmmata Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Dr Ir Eduart Wolok, ST MT (46 tahun) pun berair.
Sekira 3.000-an orang yang menghadiri seremoni akademik sakral ini pun hanyut dalam keheningan.
Ratusan dewan senat, guru besar, mahasiswa, sivitas akademik, dan tetamu undangan, juga hanyut dalam duka.
Pemantik kedukaan itu justru datang yang sejatinya di hari bahagia Kurnia Haremba.
Ibunya, Rahmah (61) meninggal dunia, Rabu (28/9/2022) dini hari, di UGD Rumah Sakit Bunda, Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo.
Ini hanya sekitar delapan jam sebelum dia duduk di deretan kursi undangan orangtua wisudawan di Auditorium UNG Jl HB Jassin, Wumialo, Kota Tengah, Gorontalo.
Datang dari Fak-fak
Rahmah datang khusus untuk menyaksikan momen puncak pembuktian dia bisa mendidik putri bungsu, hingga jenjang sarjana.
Kamis (22/9/2022) pekan lalu, dia sudah mempersiapkan keberangkatannya ke Gorontalo.
Dia terbang dari Tanah rantau keluarganya, di Fak Fak, Papua Barat menuju Gorontalo. Jarak dua kota dari provinsi di timur Indonesia ini adalah 1,178 km
Dia melintasi, 3 kota dan 8 provinsi.
Dari Fak-Fak, di Teluk Wondama, Papua, Jumat (23/9/2022) dia lebuh dulu terbang ke Sorong, kota terbesar di kepala Cendrawasih, Papua Barat.
Dari Sorong, sang ibu, melanjutkan perjalanan ke Bandara Sultan Hasanuddin, di Makassar, Sulsel.
Rahmah transit sekitar 4 jam, di Makassar, sebelum melanjutkan perjalanan udara dengan Lion Air, ke Bandar Udara Djalaluddin, Gorontalo.
Nia Haremba, menjemput ibunya, di bandara Sabtu (24/9/2022) pagi.
Dengan mobil rental, dia membawa ibunya ke rumah kostnya, di Jl Kenangan, Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh yang menyita waktu dan melelahkan, hampir 62 jam, Rahmah kelelahan.
Tiga hari mempersiapkan hari bahagia putrinya di Gorontalo, Rahmah mendadak mengeluhkan kondisi kesehatannya.
Kondisi Sang Ibu
Ibunda Kurnia sesak nafas, dan merasa masuk angin.
Kondisi kesehatan Ibunda Kurnia menurun.
Selasa (27/9/2022) malam, sekitar pukul 21.20 Wita, ibunda Kurnia dilarikan ke UGD Rumah Sakit Bunda Gorontalo, sekitar 500 meter dari kos-kosannya.
Dokter mengidentifikasi sang ibu mengalami akumulasi gangguan percernaan dan pernafasan.
Sang ibu memang selama ini, teridentifikasi asam lambung. “Mungkin lelah, stres, bahagia, asam lambungnya kambuh.
Sembari menanti prosesi wisuda yang tinggal beberapa jam,Kurnia terus berdoa agar kondisi kesehatan ibundanya bisa segera pulih.
“Maa, saya mau lihat Mama melihat Nia wisuda,” ujar Nia.
Namun, manusia hanya merencanakan. Takdir memilih jalan sendiri.
Ajal datang menjemput sang ibu.
Sekitar pukul 01.21 WITA, Rabu (28/9/2022), Rahmah menghebuskan nafas terakhir, di samping anak, dan beberapa kerabat.
Jelang azan subuh, jenazah lalu dibawah ke kost untuk disemayamkan.
Kurnia adalah wisudawati pertama jurusan Kesehatan Masyarakat di Fakultas Olahraga dan Kesehatan, UNG di Gorontalo.
Kurnia adalah mahasiwa angkatan 2017.
Saat kuliah dia hanya pulang sekali ke Fakfak.
Karena pandemi COVID-19, kuliah Kurnia sempat tersendat.
Aktivitas kuliah fisik ditiadakan. Nia kuliah daring, seperti siswa dan mahasiswa lain di seluruh dunia, sejak awal 2020 hingga awal 2022.
Dikutip dari TribunGorontalo.com, sore sekitar pukul 16.00 Wita, dipandu pihak kampus dan sahabat, Kurnia membawa ijazah dan jenazah ibunya ke Bandara Udara Djalaluddin Gorontalo, untuk diterbangkan ke Makassar sebelum dini hari, terbang ke Sorong lalu ke Fakfak.
Jenazah ibu kandung Kurnia sudah terbangkan melalu pesawat, akan dibawa ke kampung rantau halamanya.
Ucapan Duka
Sylva Flora Ninta Tarigan Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya orang tua Kurnia Sari Imo Haremba.
"Kami segenap Fakultas Olaraga kesehatan dan prodi kesehata masytakat turut berduka atas meningalnya orang tua kurnia" Ungkap syilva saat di hubungi Tribungorontalo.com. melalui Via telpon
Kurnia Sari Imo Sarembah biasa di sapa Nia, Mahasiswa Fakultas Olaraga dan Kesehatan angkatan 2017.
Nia kurnia Heremba adalah mahasiswa yang baik dan berprestasi.
Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Dr Ir Eduart Wolok, ST MT (46 tahun) berair, Rabu (28/9/2022), saat memindahkan kuncir toga wisudawati Kurnia Rahma Sari Imo Heremba SKM (23), di Auditorium UNG, Jl HB Jassin, Kota Tengah, Kota Gorontalo.
Kurnia bersama lembar ijazah sarjana kesmas, dan jenazah ibunya transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Maros.
Pesawat membawanya ke Sorong dengan erjalanan udara Makassar-Sorong, sekitar 4,3 jam.
Dari Sorong, Papua Barat, Nia dan jenazah ibunya akan terbang lagi ke Fakfak sekitar 1,1 jam.
Selamat jalan ibu Rahmah. Semoga Husnul khatimah.
Semangat dan tetap sabar Kaka Kurnia Harumba.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Sedih Dialami Wisudawati Ini, Momen Bahagia Berubah Pilu, Sang Ibu Meninggal Dihari Wisuda"
Posting Komentar