Mengenal Mertua Gus Baha, Ayah dari Ning Winda Sang Istri, KH Hasani Nawawi Sidogiri
Mengenal mertua Gus Baha, ayah dari Ning Winda sang istri, beliau adalah KH Hasani Nawawi Sidogiri.
KH Hasani nawawi Sidogiri ialah mertua dari Gus Baha atau ayah dari sang istri yaitu Ning Winda.
Ning Winda diketahui adalah putri dari KH Hasani Nawawi istri dari Gus Baha, berikut adalah biografi singkatnya.
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim dan Ning Winda diketahui menikah pada tahun 2003 silam.
Mereka berdua dikaruniai 3 orang anak yang bernama Tasbiha Mahmida, Hassan Tasbiha, Mila Tasbiha.
Kiai Hasani bin Nawawi Sidogiri adalah sosok kiai sepuh Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) yang sangat disegani.
Beliau kiai wara’, zuhud, dan enggan pada dunia. Saat ada orang yang ingin memberinya uang, beliau menolaknya.
Bahkan, celah-celah rumah (seperti celah di jendela dan bagian bawah pintu) beliau tutup rapat.
Sebab, ada saja masyarakat yang memasukkan uang dari celah-celah rumah itu.
Kemuliaan dan teladan Kiai Hasani sebenarnya sudah tampak saat beliau masih muda.
Begitu banyak inspirasi hidup dari masa muda beliau ini yang penulis rangkum sebagaimana berikut:
Sejak muda, Kiai Hasani sudah menampakkan akhlak mulia. Beliau termasuk pemuda yang agamis, khusyuk dalam beribadah, dan berbudi pekerti baik.
Tak heran, jika beliau tampak sangat tenang dan wajah beliau sangat sejuk saat dipandang.
Dikisahkan, saat berjalan Kiai Hasani selalu menundukkan kepala. Hal itu menandakan beliau sangat menjaga mata atau pandangan.
Mata yang diumbar dan dibiarkan akan melihat apa saja dan berpotensi terjerumus pada perkara haram.
Senang Ngaji Kitab
Dalam sejarahnya, Kiai Hasani memang tidak mondok ke berbagai pesantren sebagaimana putra kiai besar. Beliau hanya mondok di Sidogiri.
Hal ini sebagaimana pengakuan beliau, bahwa beliau di Sidogiri mondok di pondok abahnya, KH. Nawawi bin Nurhasan.
Oleh karenanya, tak heran jika ada yang mengatakan, keilmuan Kiai Hasani diperoleh dengan otodidak.
Namun demikian, bukan berarti Kiai Hasani tidak pernah berguru atau mengaji kepada seorang guru.
Tercatat, beliau pernah mengaji kepada KH. Syamsuddin (?) di Tampung Winongan Pasuruan.
Pada kiai yang biasa disapa Gu Ud ini, Kiai Hasani mengaji ilmu gramatika Arab, yakni al-Jurmiyah, Imrithi, dan Mutammimah.
Kiai Hasani juga pernah berguru kepada KH. Birrul ‘Alim. Namun tidak diketahui, kitab apa yang dipelajari Hasani dari guru keduanya ini.
Lalu, Kiai Hasani juga pernah berguru kepada KH. Abdul Djalil, kakak iparnya sendiri. Kepada Kiai Djalil ini, Kiai Hasani belajar kitab Al-Fiyah karya Ibnu Malik.
Kiai Hasani senang dan rajin saat mengaji kitab monumental ilmu nahwu ini, hingga dapat menghatamkannya.
Pasca ini, Kiai Hasani ingin ngaji kitab tentang fikih. Namun sayang, sebelum Kiai Abdul Djalil sempat mengajarkan ilmu fikih kepadanya, Kiai Abdul Djalil syahid ditembak pasukan Belanda.
Kiai Abdul Djalil adalah menantu KH. Nawawi bin Nurhasan yang kemudian menjadi pengasuh Sidogiri.
Suka Membaca
Kiai Hasani memang tidak mondok ke mana-mana, tapi kegemaran Kiai Hasani dalam membaca tidak diragukan lagi.
Dikisahkan, beliau sangat tekun mempelajari sendiri berbagai macam kitab, dan yang paling disukai adalah kitab tafsir dan akhlak.
Dua disiplin ilmu ini menempati urutan pertama kitab yang dibaca oleh Kiai Hasani.
Pertanda bahwa Kiai Hasani suka membaca, terdapat banyak catatan dalam kitab-kitab Kiai Hasani.
Juga, ada kertas-kertas kecil dalam kitab beliau sebagai tanda bahwa ada catatan penting yang harus digaris bawahi.
Setelah Kiai Hasani wafat, kitab-kitab itu diwakafkan untuk perpustakaan Pondok Pesantren Sidogiri.
Cinta Ulama
Kiai Hasani muda adalah sosok ‘milenial’ yang cinta ulama. Beliau menyempatkan diri untuk sowan kepada para kiai.
Dari mereka Kiai Hasani mendapatkan ilmu, nasehat, dan doa berkah. Bahkan, ada yang mengatakan, kealiman Kiai Hasani diperoleh berkah doa seorang kiai dari Kedungloh, Kediri.
Nama kiai itu adalah KH. Ma’ruf, teman akrab abah Kiai Hasani Sidogiri, KH. Nawawie bin Noerhasan. KH. Ma’ruf dikenal sebagai wali Allah yang bisa bertemu langsung dengan Nabi Khidir.
Suatu hari, Kiai Hasani Nawawi Sidogiri sowan pada KH. Makruf. Kiai Hasani menceritakan tentang dirinya.
Lalu, KH. Makruf menanyakan apa sudah hafal nazham Al-Fiyah atau belum. Kiai Hasani Sidogiri dengan jujur mengatakan, tidak.
Makruf kemudian menawari Kiai Hasani Sidogiri untuk mondok selama 40 hari di pondoknya. Tetapi, Kiai Hasani Sidogiri menolak dengan alasan Kiai Hasani sulit kerasan.
Kemudian, KH. Ma’ruf menawari Kiai Hasani untuk puasa selama tiga hari. Saat berbuka dan sahur hanya boleh makan satu biji kurma.
Dengan tirakat ini, KH. Ma’ruf menjamin Kiai Hasani bisa alim tanpa belajar. Kiai Hasani juga menolak. Beliau merasa tidak mampu melakukan amalan itu.
Mendengar jawaban itu, KH. Ma’ruf menyuruh Kiai Hasani Sidogiri pulang. KH. Ma’ruf berjanji akan mendoakan Kiai Hasani muda setiap selesai salat.
Itulah ulasan biografi singkat dari sosok mertua Gus Baha, alias ayah dari Ning Winda istrinya.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Mertua Gus Baha, Ayah dari Ning Winda Sang Istri, KH Hasani Nawawi Sidogiri"
Posting Komentar