Kisah Ustadz Abdul Somad Pucat Saat Diminta Ceramah di Depan Sosok Ini

 


Kisah Ustadz Abdul Somad Pucat Saat Diminta Ceramah di Depan Sosok Ini

Siapa yang tidak mengenal Ustadz Abdul Somad? begitu banyak ceramahnya yang menggetarkan hati dan mengobarkan semangat.

Namun siapa sangka, sosok sekelas Ustadz Abdul Somad pernah pucat ketika diminta cermah di depan Habib Umar bin Hafidz

Ustadz Abdul Somad bahkan mengaku tak selevel dengan sandal milik Habib Umar dan tak setara dengan murid-muridnya.

"Saya belum Selevel Dengan Sendalnya Habib Umar bin Hafidz, jauh di bawah, dengan murid-muridnya saja tidak setara apalagi dengan guru yang agung dan mulia kita hanya baru bisa semajelis dengan mereka," ujar Ustadz Abdul Somad seperti dikutip dari muhammad_alfiyanoor.

Dijelaskan Ustadz Abdul Somad dirinya saat diminta ceramah di depan Habib Umar, mulutnya terasa terkunci dan tubuhnya bergetar.

"Itupun ketika berada di depan mereka (para habib), mulut terkunci tak keluar kata-kata, kapan itu? bulan 10 (saat ini sudah beberapa tahun lalu) yang lalu di masjid istiqlal.

Berikut ini mari kita dengarkan tausiayah yang akan disampaikan oleh al mukaram H Abdul Somad LC MA, sampai ke atas mimbar bergetar tak tahu apa ntah yang mau dikatakan," cerita Ustadz Abdul Somad.

Ustadz Abdul Somad menceritakan bahwa bagaimana dirinya yang pucat dan tak bisa berkata-kata ketika diminta cerama di depan para habib khusunya habib Umar.

"Akhirnya saya hanya mengucapkan assalamualaikum, alhamdulillah, salawat, cerita sedikit, saya pun turun, komen oleh sahabat-sahabat betapa tawadhunya ustadz Abdul Somad tidak mau dia ceramah di depan habib, dalam hati saya bukan tawadhu mas bro, dak bisa dia membedakan mana orang tawadhu mana orang pucat," kata Ustadz Abdul Somad disambut tawa para jamaah.

Sosok Habib Umar Bin Hafidz

Dilansir dari Wikipedia, Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 M (Kalender Hijriyah : 4 Muharram 1383), adalah seorang ulama dunia era modern.

Al Habib Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di mana dia mengawasi perkembangan di Dar al Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah manajemennya.

Habib Umar masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga dia meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya itu

Habib Umar terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad.

Habib Umar dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim.

Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam.

Demikian pula kedua kakek dia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya.

Awal kedatangan Habib Umar ke Indonesia adalah pada tahun 1994.

Habib Umar diutus oleh Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah ghirah (semangat atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia, disebabkan sebelumnya ada keluhan dari Habib Anis bin Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal Kota Solo/ Kota Surakarta, Jawa Tengah tentang keadaan para Alawiyyin di Indonesia yang mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Dakwahnya juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia.

Masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakeknya yang kedua, Al-Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.

Dakwahnya yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dan sang kakek Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda.

Habib Umar Bin Hafidz mampu menghafal Al-Qur'an pada usia yang sangat muda dan juga menghafal berbagai teks inti dalam fikih, hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim.

Habib Umar Bin Hafidz pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi.

Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung-jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum ia mati syahid.

Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil.

Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat di mana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Di Indonesia al-Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian Agama Indonesia meminta pembuatan kerjasama dengan al-Habib Umar dan Dar-al Musthafa untuk pengiriman Sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya para kiai pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan di bawah bimbingan langsung al-Habib Umar.

Sampai saat ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang dia pimpin, Dar-al Musthafa di Hadhramaut, dan telah melahirkan

banyak da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah di Indonesia.

Sosok Ustadz Abdul Somad

Dilansir dari Wikipedia, Ustaz H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., Datuk Seri Ulama Setia Negara, atau lebih dikenal dengan Ustaz Abdul Somad lahir 18 Mei 1977 adalah seorang da'i atau penceramah agama Islam dari Indonesia yang terutama berfokus dalam bidang ilmu hadis dan fikih.

Ia juga berprofesi sebagai dosen dan pernah mengajar di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau pada tahun 2009–2019.

Abdul Somad merupakan putra pasangan Bakhtiar dan Rohana. Dari pihak ibu, garis keturunannya bersambung kepada Syekh Abdurrahman atau dijuluki Tuan Syekh Silau Laut I, seorang ulama sufi beraliran Tarekat Syattariyah kelahiran Rao, Batu Bara.

Tuan Syekh Silau Laut I merupakan keturunan perantau Minangkabau yang moyangnya berasal dari Mudik Tampang, Rao, Pasaman.

Sejak dari bangku sekolah dasar, Abdul Somad dididik melalui sekolah yang berbasis pada Tahfiz Alquran. Tamat dari SD Al-Washliyah Medan pada 1990, ia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Al-Washliyah Medan.

Setelah lulus pada 1993, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Darularafah Deliserdang, Sumatra Utara selama satu tahun. Pada 1994, ia pindah ke Riau untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu dan menyelesaikannya pada 1996.

Tahun-tahun berikutnya antara 1996–1998, ia sempat berkuliah di UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada 1998, ketika pemerintah Mesir membuka beasiswa kepada 100 orang Indonesia untuk belajar di Universitas Al-Azhar, ia pun mengikuti tes dan merupakan salah satu dari 100 orang yang berhak menerima beasiswa, mengalahkan 900-an orang lainnya yang mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Kemudian ia akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo dan berhasil mendapatkan gelar Lc-nya dalam waktu tiga tahun 10 bulan pada pertengahan tahun 2002.

Setelahnya ia pun melanjutkan program pendidikan S2-nya di Universiti Kebangsaan Malaysia, namun hanya sempat berkuliah selama dua semester.

Pada 2004, melalui AMCI (bahasa Prancis: Agence Marocaine de Coopération Internationale) dari Kerajaan Maroko yang kala itu menyediakan beasiswa bagi pendidikan S2 hingga S3 di Institut Darul-Hadits Al-Hassaniyah, ia terpilih untuk masuk dalam kuota penerimaan orang asing melalui jalur beasiswa. Dan ia lantas melanjutkan pendidikan S2-nya di Institut Darul-Hadits Al-Hassaniyah Rabat yang setiap tahunnya hanya menerima 20 orang murid dengan rincian 15 orang Maroko dan lima orang untuk asing.

Program S2 diselesaikannya dalam waktu satu tahun 11 bulan dan mendapatkan gelar D.E.S.A. (bahasa Prancis: Diplôme d’Etudes Supérieurs Approfondies) yang berarti "Diploma Studi Lanjutan" pada akhir tahun 2006.

Pendidikan

Ustaz Abdul Somad menempuh pendidikan formal terakhir saat ini hingga jenjang doktor dalam bidang Ilmu Hadis, secara terturut-turut pendidikannya dapat dituliskan sebagai berikut:

SD Al-Washliyah, Medan, tamat 1990

Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Al-Washliyah, Medan, tamat 1993

Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, In-hu, tamat 1996

S1 Universitas Al-Azhar, Mesir, 2002

S2 Dar El Hadith El Hassania, Kerajaan Maroko, 2006

S3 Universitas Islam Omdurman, Sudan, 2019

Profesor Tamu di Universitas Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam, 2020-2022

Belum ada Komentar untuk "Kisah Ustadz Abdul Somad Pucat Saat Diminta Ceramah di Depan Sosok Ini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel