KISAH Cinta Gus Baha Menikahi Anak Seorang Kiyai, Siapa Sangka Ini yang Dikatakannya Sebelum Lamaran
Ada kisah menarik di balik kisah pernikahan Gus Baha dengan istrinya.
Gus Baha menikahi seorang anak kiyai bernama Ning Winda.
Sebelum lamaran berlangsung, pemiliki nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini mengutarakan sesuatu terhadap calon mertuanya.
Sebelumnya, sosok Gus Baha merupakan salah satu ulama yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah.
Pria kelahiran 29 September 1970 ini merupakan murid dari salah satu ulama kharismatik yakni KH Maimun Zubair.
Ciri khas ceramah yang dibagikannya menggunakan bahasa jawa.
Ia meyampaikan ceramah pada kajian dan dibagikan melalui media sosial seperti Instagram dengan akun Sing Penting Ngaji.
Berikut ini profilnya yang dilansir melalui laman Wikipedia. Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Siapa sangka, ternyata ada cerita menarik di balik pernikahan Gus Baha.
Diketahui, sebelum lamaran, Gus Baha menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu.
Ia mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, melainkan kehidupan yang sangat sederhana.
Ia berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut.
Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari.
Namun mertuanya hanya tersenyum dan mertuanya hanya mengatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo (sama saja dengan saya).
Kesederhanaan Gus Baha dibuktikan saat beliau berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya.
Gus Baha berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus kelas ekonomi. Kesederhanaannya bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil.
Setelah menikah, Gus Baha mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya.
Gus Baha menetap di Yogyakarta. Selama di Jogja, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya.
Semenjak Gus Baha menetap di Yogyakarta, banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan.
Hingga pada akhirnya mereka menyusul Gus Baha ke Yogya dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau.
Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada Gus Baha.
Karya
1. حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم
Kitab ini adalah kitab yang ditulis oleh Gus Baha’ yang menjelaskan tentang rasm Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada kitab al-Muqni' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (w. 444 H.). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan al-Qur’an di dalam mushaf rasm Usmani.
2. Tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha' (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis oleh Gus Baha' dan timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak mengubah dari keaslian al-Qur’an itu sendiri.
Belum ada Komentar untuk "KISAH Cinta Gus Baha Menikahi Anak Seorang Kiyai, Siapa Sangka Ini yang Dikatakannya Sebelum Lamaran"
Posting Komentar