Kisah Taubatnya Malik bin Dinar, Manusia Zalim yang Berubah Menjadi Ahli Hadis Shahih
Kisah taubatnya malik bin dinar sangat penting diketahui semua orang. Banyak pelajaran penting dan inspirasi di baliknya. Ia adalah putra seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid ulama Tabiin Hasan Al Bashri.
Malik bin dinar termasuk ahli hadis shahih dan merawikan hadis dari tokoh-tokoh ulama di masa lampau seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin. Malik bin Dinar juga dikenal sebagai seorang pembuat kaligrafi Alquran. Ia wafat sekira tahun 130 Hijriah atau 748 Masehi.
Dikutip dari darunnajah.ac.id, kehidupan Malik bin Dinar dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zalim kepada sesama manusia, memakan hak manusia, memakan riba, hingga memukuli manusia.
Ia melakukan segala kezaliman. Tidak ada satu maksiat melainkan semua telah dilakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargainya karena kebejatan yang dilakukan.
Malik bin Dinar menuturkan, "Pada suatu hari aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang putri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintai Fathimah."
Setiap kali putrinya bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hati Malik bin Dinar dan makin sedikit maksiat di dalam hatinya.
Setiap kali Fathimah bertambah besar, makin bertambah pula keimanan di dalam hati Malik bin Dinar. Setiap kali ia mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selangkah saja, maka setiap kali itu pula dirinya menjauhi maksiat sedikit demi sedikit.
Hingga usia Fathimah genap 3 tahun, saat itulah Fathimah meninggal dunia. Maka Malik bin Dinar pun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Dia belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah Malik bin Dinar menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Setan pun mempermainkan dirinya, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadanya: "Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya." Maka Malik bertekad mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Ia minum, minum, dan minum. Maka Malik melihat dirinya telah terlempar di alam mimpi.
Di alam mimpi tersebut Malik melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumi pun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara Malik berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: "Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap Al-Jabbar." Malik melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Sampai mendengar seorang penyeru menyeru namanya: "Mari menghadap Al-Jabbar!"
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitar Malik seakan-akan tidak ada seorang pun di Padang Mahsyar. Kemudian ia melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar ke arahnya dengan membuka mulutnya. Ia pun lari karena sangat ketakutan. Lalu Malik mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Malik pun berkata: "Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!" Dia menjawab: "Wahai anakku, aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah ke arah ini mudah-mudahan engkau selamat!"
Malik pun berlari ke arah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangnya. Tiba-tiba Malik mendapati api ada di hadapannya. Ia pun berkata: "Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?"
Malik bin Dinar pun kembali berlari dengan cepat, sementara ular tersebut makin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: "Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku." Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: "Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatu pun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!"
Malik pun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: "Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!"
Selanjutnya Malik mengetahui bahwa dia adalah putrinya. Malik pun berbahagia mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia 3 tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka Fathimah pun memegang Malik dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya. Sementara Malik seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.
Fathimah berkata kepadaku: "Wahai ayah, belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah."
Maka Malik mengatakan: "Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu."
"Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal salihmu, engkau telah melemahkannya hingga didia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu," ujar Fathimah.
Malik pun terbangun dari tidur dan berteriak: "Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku. Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah." Lantas Malik mandi dan keluar untuk sholat Subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Malik kemudian masuk ke masjid dan ternyata imam membaca ayat yang sama: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah."
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar rahimahullah yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabiin, dan termasuk ulama Basrah. Malik dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: "Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni surga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni surga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka."
Malik bin Dinar rahimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: "Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari."
Dia berfirman kepadamu: "Barang siapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil."
Malik memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130H/748M. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas. Aamiin Allahumma aamiin. Wallahu a'lam bishawab.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Taubatnya Malik bin Dinar, Manusia Zalim yang Berubah Menjadi Ahli Hadis Shahih"
Posting Komentar